Eceng Gondok (Eichornia crassippes) merupakan salah satu gulma perairan, dimana kehadirannya seringkali tidak diinginkan. Eceng gondok merupakan tanaman yang berasal dari Brazil dan diperkirakan masuk ke Indonesia pada tahun 1894 di Kebun Raya Bogor sebagai tanaman hias. Dahulu eceng gondok merupakan tanaman hias yang digandrungi karena bunganya yang berwarna ungu sangat menarik sebagai penghias kolam seperti teratai.
Eceng Gondok (Eichornia crassippes)
Tanaman ini memiliki kemampuan untuk berkembang biak vegetatif yang sangat tinggi, terutama di daerah tropis dan subtropis. Eceng gondok mudah untuk menyebar melalui saluran perairan ke badan perairan yang lain. Sebenarnya, tanaman yang mengambang di air merupakan tanaman yang disukai ikan karena menyediakan penutup permukaan, menaungi bagian bawah air dari sinar matahari dan menyediakan tempat bagi ikan untuk bersembunyi dari predator. Namun jika jumlahnya terlalu banyak, keberadaan eceng gondok akan menimbulkan banyak permasalahan. Namun ironisnya, hingga sekarang belum ditemukan cara yang betul-betul optimal untuk memberantas lajunya pertumbuhan eceng gondok. Di Indonesia eceng gondok telah menyebar ke seluruh perairan yang ada dan memenuhi setiap jengkalnya, baik waduk, rawa, danau, maupun sungai.
Eceng gondok di jalur transportasi Danau Semayang
Bahaya yang dapat ditimbulkan dari tanaman eceng gondok ini adalah sebagai berikut:
- Dapat meningkatkan habitat vektor penyakit bagi manusia, seperti nyamuk.
- Mengganggu transportasi air, seperti penduduk disekitar Danau Semayang yang masih memanfaatkan danau sebagai jalur transportasi utama. Tumbuhan Eceng Gondok sangat mengganggu sekali bagi para nelayan, karena menyebabkan perahu sering terjebak dan sulit untuk bergerak.
- Mengurangi intensitas cahaya yang masuk ke dalam air karena pertumbuhan yang begitu cepat sehingga dapat menutupi seluruh perairan, akibatnya jumlah cahaya yang masuk ke dalam air akan semakin berkurang dan tingkat kelarutan oksigen pun akan berkurang sehingga dapat menganggu ekosistem di dalamnya.
- Eceng gondok yang telah mati akan mengendap di dasar danau, mempercepat proses pendangkalan yang mengakibatkan terjadinya banjir pada pemukiman di sekitar danau.
- Evapotranspirasi yang cepat, karena penguapan dan hilangnya air lewat daun eceng gondok. Hal ini mengakibatkan jumlah kehilangan air akan semakin bertambah akibat pertumbuhan Eceng Gondok yang begitu cepat dan memiliki daun yang lebar. Danau akan semakin cepat mengalami kekeringan ketika musim kemarau melanda.
- Mengurangi estetika lingkungan danau.
Tumpukan eceng gondok di musim kemarau
Adapun cara-cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi penyebaran eceng gondok yang begitu cepat dapat dilakukan beberapa cara:
- Memanfaatkan eceng gondok, seperti membuat kerajinan dari eceng gondok dan memanfaatkan eceng gondok sebagai biogas.
- Menggunakan hewan pemakan eceng gondok, seperti ikan Grass Carp (ikan Koan).
- Mengeluarkan eceng gondok dari danau ke daratan, yang seringkali digunakan sebagai penjaga kelembapan tanah tanaman.
- Menggunakan herbisida pemberantas gulma.
No comments:
Post a Comment
Silahkan tinggalkan komentar jika perlu....